Anak Saudaraku Pelaku Pelecehan Seksual

Anak Saudaraku Pelaku Pelecehan Seksual

Judulnya terasa kontroversi gak sih? Tapi ini beneran, anak saudara saya memang pelaku pelecehan seksual, dan saya gak tahu harus bersikap seperti apa.

Kejadiannya ternyata sudah terjadi beberapa bulan lalu. Eh salah, ketahuannya yang baru diketahui beberapa bulan lalu. Karena ternyata anak saudara ini sudah melakukannya sejak korban masih balita. Duh miris… 

Anak saudara saya ini sebut saja C, sudah saya kenal sejak dia masih kecil. Dulu sering sekali main sama saya karena pernah tinggal cukup lama di rumah saya di Bitung. Mamanya masih keponakan dari mama saya dan pernah bekerja di rumah tante saya yang dulunya tinggal di Bekasi. 

Mamanya nikah dengan papanya yang adalah keponakan dari suami tante saya. Kemudian papanya diajak kerja sama om saya di perusahaannya. Perusahaan yang sama dengan tempat kerja suami saya. 

Ribet ya penjelasannya saya. Gampangnya kayak gambar di bawah ini deh.

Sewaktu saya pindah dari Bitung ke Tangerang, C masih piyik. Masih berseragam putih merah. C sekarang sudah kelas 3 SMA. Sudah menjadi laki-laki gagah dan ganteng. Kulitnya juga putih bersih. C adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Adik keduanya laki-laki, kelas 5 SD. Yang paling bungsu adalah perempuan, sudah kelas 2 SD. Seumuran anak saya yang pertama.

Selama yang saya kenal si C, dia adalah anak baik-baik. Suka nurut sama papa dan mamanya. Kalo pun nakal ya nakal anak pada umumnya, yang suka main kelayapan dari siang sampe malam. Yang boncengan motor sampe bertiga trus keliling kompleks. Hanya itu yang saya tahu. 

Saya mendengar kisah si C ini dari ponakan om saya yang lain. Dia tanya apakah saya mendengar kabar ini? 

Ok, mari diperjelas dulu. Walau saya demen ngikutin akun hosip di medsos, tapi saya tak suka bergunjing dengan tetangga atau saudara saat ngumpul. Di rumah saja, bisa dihitung berapa kali saya keluar rumah. Saya lebih memilih ngerjain tugas rumah atau nulis alih-alih ngobrol sama tetangga. Ini salah satu cara saya buat menghindari gunjing antar tetangga. Pun dengan saudara. Jadi kalo ada gosip atau berita tentang saudara, saya selalu paling akhir yang tahu. 

Menurut ponakan om saya ini, C sudah melakukan penetrasi pada kelamin korban yang baru kelas 2 SD. Tapi setelah ditelusuri, C sudah melakukan pelecehan terhadap korban sejak masih berusia 3 tahun. 

3 TAHUN!! 

*hela napas panjang*

Saya sendiri mempunyai anak perempuan yang berusia 5 tahun dan buat saya dia masih kecil sekali. Gak bisa saya bayangkan kalo ada yang melakukan pelecehan pada balita. The fuck! Apa yang ada di otak mereka, sih? 

Saya sama sekali gak menyangka kalo C mampu melakukan hal tersebut. Dia memang lagi di masa pubertas yang semua hormonnya sedang meningkat, tapi korbannya seumuran sama adik perempuannya. Apa dia gak ingat sama adiknya sendiri saat melakukan itu?

Sampai di sini saya masih belum terima. Trus saya diberitahu kalo dia juga suka menyuruh adik perempuannya untuk memegang kemaluannya. Anjing! Jujur saya kesel sekali. 

Yang paling parah, orangtua korban tidak melaporkan C ke polisi atas tindak asusilanya. Kedua keluarga hanya mengurus damai dan tidak ingin diperpanjang. Keluarga korban takut kalo melapor dan menuntut maka masalahnya akan makin panjang dan mereka akan mengeluarkan banyak uang untuk itu. Alasan lain kenapa keluarga korban mau damai, yang menurut saya gak masuk akal, karena mereka satu suku. Sama-sama suku Batak. *tebalikin serumah-rumah*

Saya jadi dilema saat mendengar cerita ini. Dilema karena, saat saya cerita ke suami tapi gak direspon. Dia pasti akan marah saat tahu kalo saya ikut campur. Karena akan berdampak ke hubungan saya dengan keluarga C dan kerjaan suami. Serba salah. Makanya saya hanya bisa menceritakan di sini kegundahan saya. 

Saya berharap melalui tulisan ini banyak yang mau tergerak untuk bertindak saat terjadi kekerasan dan pelecehan seksual pada anak. Jangan takut untuk bicara! 

Dan saya baru tahu, ternyata selama bulan Desember ini ada campaign 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Termasuk pelecehan seksual terhadap anak. Kalo ada yang tertarik menulis seperti yang saya alami, mari gunakan hak bicara kita. Bantu para korban untuk bersuara. 

7 thoughts on “Anak Saudaraku Pelaku Pelecehan Seksual

  1. I feel you mbak… kalo seandainy anakku yg jd korban, jelas aku ga bakal mau tingal diam.. apalagi damai :(.. walo sodara sendiri, ttp dong dia harus pertanggungjawabkan perbuatannya.. enak bener begitu.. bisa2 ntr dia ngulang lagi krn dianggab toh ga bakal dilaporin ini :(..

    Like

Leave a reply to Mumu Ahmad (Okino Mosaa) Cancel reply